Jumat, 01 Maret 2013
Kerupuk Khas Kediri
Sederhana
tetapi enak dan sehat. Itulah kerupuk pasir, salah satu jenis makanan
ringan khas Kediri, Jawa Timur, yang pada setiap Ramadhan disukai banyak
santri. Kerupuk ini disebut kerupuk pasir karena saat menggorengnya
menggunakan pasir dan tidak menggunakan minyak goreng sebagaimana
lazimnya.
"Secara umum warga memang sering menyebut kerupuk jenis ini dengan
sebutan kerupuk pasir. Namun, di kalangan para santri di pondok
pesantren, kerupuk ini sering disebut kerupuk tayamum," tutur Masyhuri,
penjual kerupuk pasir yang berjualan di sekitar Pondok Pesantren
Lirboyo, Kediri, pekan lalu.
Dikatakannya, disebut kerupuk tayamum karena kondisi kerupuk ini sangat
kering. Bisa begitu karena cara memasaknya hanya menggunakan pasir,
tidak sedikit pun bersentuhan dengan benda cair berupa minyak. Kenyataan
tersebut kemudian dikorelasikan dengan cara bersuci (untuk shalat atau
mengaji) tanpa air, yakni tayamum, sehingga para santri menyebut kerupuk
itu dengan sebutan kerupuk tayamum.
Bahan baku kerupuk pasir atau kerupuk tayamum ini hampir sama dengan
bahan baku kerupuk pada umumnya. Di antaranya berasal dari terigu dan
pati ketela pohon. Bahan baku ini diolah secara tradisional dan
dibumbui, kemudian diiris tipis-tipis dan dikeringkan dengan cara
dijemur. Setelah kondisinya kering betul, barulah kerupuk itu digoreng
dengan pasir.
Menurut Suwardi, salah seorang pembuat kerupuk pasir asal Mojoroto,
Kodya Kediri, pasir yang digunakan untuk menggoreng kerupuk bukanlah
pasir sembarangan. Pasir itu diambil dari Sungai Brantas yang membelah
Kota Kediri. Setelah kering, debu-debu yang bercampur dengan pasir itu
dibersihkan dengan menggunakan tampah. Setelah pasir benar-benar bersih
dari debu, barulah digunakan untuk menggoreng kerupuk.
"Selain dipasarkan di Kediri dan daerah lain di Jawa Timur, kerupuk ini
juga dipasarkan di Jakarta, Semarang, dan kota-kota lain di Tanah Air.
Kerupuk pasir ternyata laris dan digemari masyarakat," kata Sumiarno,
salah seorang pedagang kerupuk pasir di Kediri.
Sumiarno juga mengaku tidak tertutup kemungkinan daerah lain di
Indonesia juga mempunyai kerupuk yang ketika menggorengnya menggunakan
pasir. Tetapi, kerupuk pasir buatan rakyat Kediri rasanya sangat khas,
renyah, dan empuk. Apalagi, kerupuk ini menjadi salah satu makanan yang
disukai para santri di setiap bulan Ramadhan. Karena itu, warga yang
sedang berwisata ke Kediri, banyak yang meluangkan waktu khusus untuk
memburu kerupuk goreng pasir buat oleh-oleh.
Selain empuk dan renyah, ada kelebihan lain kerupuk pasir khas Kediri
ini. Yakni, para pembuat kerupuk pasir yang tersebar di sejumlah desa di
Kodya dan Kabupaten Kediri sudah mulai mengenal diversifikasi rasa
produk. Jika semula kerupuk jenis ini hanya ada satu rasa yakni asin,
kini sudah meningkat menjadi empat rasa, yakni kerupuk pasir rasa asin,
manis, pedas serta rasa bawang.
Harga kerupuk pasir yang ditawarkan untuk konsumen juga masih relatif
murah, terjangkau masyarakat kecil. Bisa jadi karena memasaknya tidak
menggunakan minyak goreng, sehingga biaya produksi tidak terlampau
mahal. Harga kerupuk satu kemasan besar berkisar Rp 1.000 hingga Rp
2.000.
Di samping harganya murah, kerupuk pasir juga memiliki keunggulan dari
sisi kesehatan. Mereka yang memiliki kolesterol tinggi tidak perlu
khawatir sebab kerupuk ini tanpa minyak. Sedangkan yang menghindari
sakit batuk, juga tak perlu khawatir karena kerupuk ini tidak
menyebabkan batuk.
Karena kerupuk tayamum ini memiliki sejumlah keunggulan, tak pelak lagi
di pasaran sangat laris. "Saya sangat suka kerupuk pasir ini. Rasanya
enak dan murah. Untuk perjalanan ke luar kota saat saya nyetir mobil
sendiri, maka agar tidak mengantuk saya selalu membeli kerupuk pasir
untuk camilan," tutur Agus Sunarto, santri Pondok Pesantren Lirboyo.
Dan, sejak hari pertama puasa hingga kini, masyarakat perajin kerupuk
pasir pun banyak tertawa. Mereka senang bukan alang kepalang karena
bulan puasa Ramadhan sama artinya dengan bulan panen. Itu sebabnya,
banyak pedagang dan perajin kerupuk pasir yang suka kaya mendadak.
"Setiap bulan Ramadhan, kerupuk tayamum ini laris diminati tidak saja
oleh kalangan santri di Kediri, tetapi juga santri pondok pesantren lain
Jawa Timur, Jawa Tengah, dan daerah Nusa Tenggara Barat serta Madura,"
ujar Sutoyo, salah seorang perajin kerupuk pasir.
Penuturan Sutoyo itu dibenarkan sejumlah pedagang dan perajin kerupuk
pasir lainnya di Kediri. Berkat keadaan pasar yang bagus, produsen
kerupuk pasir di Kediri mendadak banyak yang mendapat untung besar. (Ami
Herman)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar